Film Eat, Pray, Love – Kisah Romantis Pencarian Keseimbangan Hidup



Image Goes Here

Film Eat, Pray, Love mungkin akan mengembalikan ingatan MDers akan kehebohan warga Bali saat bintang Hollywood Julia Roberts melenggang di tengah kumuhnya salah satu pasar tradisional di Pulau Dewata. Kontronversi memang terjadi pada waktu itu, karena demi alasan shooting akses ke salah satu pantai di Bali dibuat macet total oleh para fans hingga masyarakat umum yang ingin menyaksikan Julia Roberts dari dekat. Kini, film Eat, Pray, Love yang mengambil lokasi shooting di tiga negara ini telah selesai, dan siap diluncurkan di bioskop-bioskop seluruh dunia.

film_eat_pray_love_1.jpg

Film Eat, Pray, Love merupakan sebuah film yang diadaptasi dari sebuah novel laris berjudul “Eat, Pray, Love: One Woman's Search for Everything Across Italy, India, and Indonesia” karangan Elizabeth Gilbert, seorang penulis novel asal Amerika Serikat. Pada tahun 1997, Elizabeth juga pernah menulis sebuah artikel berjudul “The Muse of The Coyote Ugly Saloon” untuk majalah GQ. Artikel yang merupakan pengalaman pribadinya saat menjadi bartender tersebut sempat dibuat film dengan judul "Coyote Ugly" yang disutradarai oleh David McNally, dan diproduseri oleh produser kenamaan Jerry Bruckheimer.

Serupa dengan Coyote Ugly, film Eat, Pray, Love juga diambil dari pengalaman pribadi Elizabeth yang dituangkan ke dalam novel. Diceritakan setelah memasuki usia “kepala 3”, Elizabeth awalnya mendapatkan semua yang didambakan oleh wanita Amerika modern yaitu rumah, karir yang cemerlang, serta seorang suami yang menyayanginya. Namun hal tersebut ternyata tidak berlangsung lama. Kesedihan pun datang menghampirinya setelah Elizabeth harus bercerai dengan suaminya, sehingga dirinya merasa depresi serta kehilangan pegangan hidup. Saat itu Elizabeth juga merasakan kegagalan cinta setelah selalu kandas saat membina hubungan baru dengan pria lain.

film_eat_pray_love_2.jpg

Ini menjadi dasar kelanjutan hidup Elizabeth dalam film Eat, Pray, Love yang akhirnya memutuskan berpetualang seorang diri ke berbagai negara, demi mendapatkan pengalaman spiritual sekaligus cinta yang baru. Perjalanan keliling dunia bagi seorang wanita cantik tentunya merupakan petualangan seru, apalagi Elizabeth melakukannya seorang diri. Pasti banyak catatan dan kejadian seru yang menyertai setiap perjalanannya saat meneliti aspek kehidupan, maupun latar budaya masing-masing negara tersebut.

Seting film Eat, Pray, Love berlanjut ke Italia, ketika Elizabeth mendatangi negara pizza itu sebagai tujuan pertama. Selama empat bulan berada di negara tersebut, Elizabeth terus berlatih bahasa Italianya, selain memanjakan nafsu makan dengan menyantap segala masakan Italia yang terkenal lezat. Wajar bila Elizabeth mendapati berat tubuhnya naik sebanyak 12 kilogram akibat kebiasaan makan yang tidak terkendali.
0408_film_eat_pray_love_3.jpg

Kisah dalam film Eat, Pray, Love kembali berlanjut ketika Elizabeth memutuskan pergi ke India. Pilihannya tak salah, karena negeri berpenduduk Hindu terbesar itu dapat membantunya mengeksplorasi sisi spiritual, dengan mempelajari seni berserah-diri di sebuah perguruan Hindu. Namun, tak lebih dari empat bulan mendalami pelajaran spiritual, Elizabeth sudah bersiap bertolak ke negara selanjutnya. Indonesia.
0408_film_eat_pray_love_4.jpg

Di negara ketiga dalam film Eat, Pray, Love inilah, lokasi shooting menempati salah satu ruas pulau Bali. Ternyata, di pulau indah ini pula Elizabeth akhirnya dapat menemukan tujuan hidupnya, yaitu ketenangan batin dan kegembiraan duniawi yang seimbang. Sambil mempelajari seni lukis dengan menjadi murid maestro pelukis Ketut Liyer (Hadi Subiyanto), Elizabeth juga bersahabat dengan seorang penjual jamu tradisional, Nyoman (I Gusti Ayu Puspawati). Di Negeri Pulau Kelapa pula, Elizabeth menemukan cinta sejatinya pada seorang turis asal Brasil, Felipe (Javier Bardem). Pertemuan dengan Felipe inilah yang mengakhiri ‘petualangan Elizabeth’ ang sebelumnya dibuat frustasi oleh perceraian, dan menganggap bahwa dirinya tidak akan bisa lagi menjalin hubungan dengan seorang pria lagi.

MD's Best Scene

Film Eat, Pray, Love bukan berasal dari novel sembarangan, karena skenario ini diangkat dari sebuah buku berjudul sama yang menempati puncak New York Times Best Seller selama hampir 110 minggu sejak diluncurkan. Acara Talk Show terbesar di Amerika, Oprah Winfrey Show, juga sempat mengangkat novel ini dalam dua episodenya. Padahal acara talk show milik Oprah terkenal sangat selektif di Amerika dalam memilih konten acaranya.

0408_film_eat_pray_love_5.jpg

Pada film Eat, Pray, Love, mata MDers juga akan dimanjakan dengan pemandangan-pemandangan nan indah dari lokasi-lokasi pilihan. Di Italia misalnya, MDers akan diberi pemandangan bangunan-bangunan antik yang penuh sejarah, serta taman-taman indah serta jalanan tua khas Eropa. Sementara di India, MDers akan disuguhi pemandangan Ashram dengan segala ornamen khas Indianya. Sedangkan di Bali, mata MDers akan dimanjakan oleh eksotisme alam pantai Ubud berupa perpaduan pantai, ombak, dan hamparan sawah yang hijau nan asri. Dengan latar lokasi terakhir ini pula, beberapa aktor Indonesia turut mendukung film Eat, Pray, Love, seperti Hadi Subiyanto, I Gusti Ayu Puspawati, sampai artis senior Christine Hakim.